Batman Begins - Help Select Cravas, Sebuah Perjalanan Sebuah Cerita: Tato Dayak (Makna dan Filosofi)

Minggu, 23 November 2014

Tato Dayak (Makna dan Filosofi)

JANGAN kaget jika masuk ke perkampungan masyarakat Dayak dan berjumpa dengan orang-orang tua yang dihiasi berbagai macam tato indah di beberapa bagian tubuhnya. Tato yang menghiasi tubuh mereka itu bukan sekadar hiasan, apalagi supaya dianggap jagoan. Tetapi, tato bagi masyarakat Dayak memiliki makna yang sangat mendalam. Karena itu, tato tidak bisa dibuat sembarangan.

Tato Dayak Dahulu


Tato Dayak pada jaman dahulu dibuat dengan memanfaatkan sumber daya sekitar. Jelaga dari lampu pelita atau arang periuk dan kuali, digunakan sebagai pewarna. Bahan bahan tersebut dikumpulkan dan dicampur dengan gula dan diaduk sedemikian rupa.


Duri pohon jeruk yang ukurannya cukup panjang dan tingkat ketajamannya memadai, digunakan sebagai alat untuk merajah.Duri bisa digunakan langsung atau dijepitkan ke setangkai kayu untuk pegangan sehingga menyerupai palu. Duri pohon jeruk itu dicelupkan pada “tinta” berbahan jelaga dan gula, kemudian mulailah si tukang tato merajah dengan menusukkan duri ke kulit sesuai motif yang diinginkan.
Jika motifnya rumit, proses perajahan bisa memakan waktu seharian. Bekas tusukan di kulit mengeluarkan darah, bengkak, dan bisa menyebabkan demam 1 hingga 2 hari.

Dalam perkembangannya, pembuatan tato tradisional juga menggunakan jarum. Bahan yang semula jelaga juga mulai berubah seiring tersedianya berbagai alternatif.
Tinta cina sebagai bahan warna tato, terdiri atas dua bentuk: batu arang dan cair. Jika berupa batu arang, sebelum digunakan harus digosok terlebih dahulu dan dicampur air.

Tato tradisional hanya memiliki satu warna, yakni hitam kebiru-biruan dengan wujud yang khas buatan tangan. Sedangkan tato zaman modern sudah jauh lebih rapi dan warna-warni berkat peralatan mesin dan tintanya.

Dalam hal motif, tato tradisional penuh simbol dan filosofi. Mitologi Dayak dalam sketsa menampilkan sosok-sosok mahluk hidup dalam bentuk abstraki. Penempatan suatu motif di suatu bagian tubuh, juga memiliki makna tersendiri. Bagi orang Dayak, tato lebih dari sekadar gaya hidup. Tato di tubuh bisa menjelaskan beberapa hal: bagian dari tradisi religi, status sosial, penghargaan terhadap kemampuan, ahli pengobatan, atau menandakan seseorang sering mengembara.

MAKNA TATO DAYAK

Ada aturan-aturan tertentu dalam pembuatan tato atau parung, baik pilihan gambarnya, struktur sosial orang yang ditato maupun penempatan tatonya. Meski demikian, secara religi tato memiliki makna sama dalam masyarakat Dayak, yakni sebagai "obor" dalam perjalanan seseorang menuju alam keabadian, setelah kematian.

Karena itu, semakin banyak tato, "obor" akan semakin terang dan jalan menuju alam keabadian semakin lapang. Meski demikian, tetap saja pembuatan tato tidak bisa dibuat sebanyak-banyaknya secara sembarangan.

"Setiap sub-suku Dayak memiliki aturan yang berbeda dalam pembuatan tato. Bahkan ada pula sub-suku Dayak yang tidak mengenal tradisi tato," ungkap Mering Ngo, warga suku Dayak yang juga antropolog lulusan Universitas Indonesia.
Panglima Perang (Panglima Damai) Dayak, Edy Barau, mengatakan, motif yang digunakan masyarakat Dayak, khususnya Dayak Iban untuk mengukir pada tubuh berhubungan erat dengan kehidupan alam (hutan).

Dengan demikian, motifnya ada yang berasal dari binatang maupun tumbuhan seperti daun, bunga, dan buah yang semua memiliki arti dan makna bagi masyarakat Dayak.

Menurut Edy, ada tujuh bentuk motif tato yang berhubungan erat dan sering digunakan masyarakat Dayak Iban. Selain motif, tempat atau lokasi untuk diukirkan gambar juga tidak bisa sembarangan.

Ketujuh bentuk motif itu di antaranya, motif rekong, bunga terong, ketam, kelingai, buah andu, bunga ngkabang (tengkawang) dan bunga terung keliling pinggang yang masing-masing memiliki makna.

Ia memaparkan, tato atau ukir rekong(leher) biasanya diukirkan di leher. Bagi masyarakat Dayak Iban seseorang yang mendapatkan ukiran rekong adalah orang yang mempunyai kedudukan masyarakatnya, seperti Timanggong/Temanggung dan Panglima atau orang yang di-tua-kan di kampung halamannya sendiri maupun di tempat merantau.

Motif Rekong, lanjut Edy, berbeda-beda bentuknya karena disesuaikan dengan jabatan dan kedudukan. Selain itu, antara sub suku Dayak yang satu dengan yang lainnya juga memiliki bentuk motif yang berbeda tapi memiliki makna yang sama.

Motif rekong(leher) dapat berupa sayap kupu-kupu, kalajengking merayap dan kepiting. Intinya cenderung berbebtuk motif binatang.

Masyarakat Dayak yang biasanya tato rekong di leher adalah Dayak Kayan, Dayak Taman, dan Dayak Iban. Sementara masyarakat Dayak biasa yang tato rekong di leher akan dikenakan sanksi atau hukuman adat, namun untuk sekarang ini tidak lagi karena ada sebagian memandangnya sebagai seni, ucapnya.


Motif lainnya adalah Bunga terong merupakan bunga kebanggaan masyarakat Dayak Iban. "Bunga terong sudah naik, orang itu sudah profesional, kalimat itu sering diucapkan masyarakat Iban. Karena terong itu kebanggaan masyarakat Iban. Terong juga memberi makna pangkat/kedudukan sebab umumnya letak pertama ada di bahu

Bentuk motif dan jenis bunga terong ada berbagai macam dan letaknya juga berbeda. Ada yang tato terong dan meletakannya di lengan, tangan, kaki, dan perut, serta ada juga mengukir seluruh tubuhnya dengan bunga terong.

Bunga terong ada yang bersayap enam, dan ada yang delapan. " Seorang masyarakat Dayak Iban yang memiliki bunga terong keliling pinggang biasanya delapan buah berarti orang itu sudah plor atau penuh atau sudah puas merantau," ujarnya.




Sementara motif kelingai melambangkan binatang yang ada di lubang tanah memberikan arti hidup kita tidak terlepas dengan alam atau bumi. Motif kelingai biasanya diletakan di paha atau betis.

Demikian motif ketam juga memberikan arti hidup selalu menyentuh dengan alam. Meski begitu, ketam biasanya diletakan pada tubuh bagian punggung atau tepatnya dibelakang punggung.

Sedangkan motif buah andu dan bunga ngkabang atau bunga tengkawang melambangkan sumber kehidupan. Buah tengkawang merupakan bunga yang paling banyak di kampung masyarakat Iban dan ditatokan di atas perut.

Motif buah andu pada umumnya diukirkan di belakang paha, yang memberi arti, ketika merantau kita selalu berjalan jauh dan buah andu sebagai makanan untuk menyambung hidup, pungkasnya.

CARA MEMBUAT TATO

Jarum jahit diikat/diberkas beberapa buah biasanya tujuh atau sembilan buah jarum. Ujungnya dibatasi/diikat benang untuk ukuran dalam masuk ke kulit. Pangkalnya terbuat dari kayu, diberi warna hitam dari arang lampu yang dibubuhi minyak kelapa. Ditempelkan kebagian badan yang akan ditato. Jarum tadi diketok perlahan-lahan, sehingga menimbulkan luka-luka kecil yang mengeluarkan cairan putih. Luka-luka ini nantinya menjadi korengan dan bila telah sembuh, gambar yang ditato mulai kelihatan jelas. Akibat dari korengan tersebut tidak jarang menjadi demam dan korengan tersebut juga tidak perlu diobati.
Keterangan Gambar Tato
1. Telingkai Puntul biasanya dilukis di bagian kiri/kanan sebelah badan bagian bawah tempat yang ditutup cawat (lenderstreek) artinya bahwa kelamin pria dipasang alat (penistift) sebagai perangsang dalam hubungan sex.
2. Tapak Bekang Jari biasanya dilukis di belakang telapak jari tangan sebagai tanda sudah mendapat tapat ridderorder van koppensnellers. Bila sebelah kiri berarti sudah mendapat dua kepala, dan bila kanan kiri, berarti sudah mendapat tujuh kepala.
3. Telingai Besai tanda banyak berjalan jauh (pengembara) atau nemuai.
4. Kelatan biasanya leher dihalkum tato ini hanya untuk hiasan atau merupakan mainan kaum wanita.
5. Bunga Terung di pundak kiri dan kanan di bagian belakang, sebagai tanda banyak berjalan jauh (pengembara) dan sama dengan Telingai puntul,bila terdapat dibagian belakang.
6. Tali Sabit di pergelangan tangan tato ini hanya sebagai hiasan saja.
7. Tali Gasing di pergelangan tangan tato ini hanya sebagai hiasan saja.
8. Tebulun di belakang tapak jari tangan di bagian ibu jari tanda suka menolong atau membantu dalam mengayau. Kalau wanita pandai bertenun atau rajin.

Hand Tapping :


Motif leher :



Motif tangan :



Badan :


Bagian belakang :


Bagian lengan :


Bagian kaki :


Seluruh badan :




Sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/517607c98127cf4a45000012/tato-dayak-makna-dan-filosofi

1 komentar: